Are You Okay?

Are You Okay?

Helmi Fuadi

Pendidikan Seni Rupa 2008

Karya ini berangkat dari pandemi Covid-19 saat ini. Jika berbicara soal pandemic tentunya bukan hanya soal virus nya saja yang mematikan, melainkan juga dampak dari pandemi yang mampu merubah semua tatanan kehidupan kita. Dari mulai social distancing, physical distancing, work form home, sampai istilah lockdown. Mau tidak mau kita semua dituntut untuk cepat beradaptasi dalam beberapa situasi dan kodisi. Di antara itu semua pertanyaan soal kesehatan menjadi sangat sensitif. Menanyakan kabar bukan lagi menjadi basa-basi pertemanan tetapi menjadi kecurigaan. Are You Okay? Bermaksud untuk mengingatkan kembali dan mengajak untuk berfikir positif dan melewati peristiwa ini sebagai bekal di kehidupan mendatang.

Are You Okay?

Helmi Fuadi

Pendidikan Seni Rupa 2008

Karya ini berangkat dari pandemi Covid-19 saat ini. Jika berbicara soal pandemic tentunya bukan hanya soal virus nya saja yang mematikan, melainkan juga dampak dari pandemi yang mampu merubah semua tatanan kehidupan kita. Dari mulai social distancing, physical distancing, work form home, sampai istilah lockdown. Mau tidak mau kita semua dituntut untuk cepat beradaptasi dalam beberapa situasi dan kodisi. Di antara itu semua pertanyaan soal kesehatan menjadi sangat sensitif. Menanyakan kabar bukan lagi menjadi basa-basi pertemanan tetapi menjadi kecurigaan. Are You Okay? Bermaksud untuk mengingatkan kembali dan mengajak untuk berfikir positif dan melewati peristiwa ini sebagai bekal di kehidupan mendatang.

Sömbra

*Tekan gambar untuk melihat gambar bergerak

Sömbra

Prima Murti Rane Singgih,S.Sn., M.Ds
Tamariska Disa Nugroho

DKV 2018
UMN

Sömbra

“Pada hakikatnya kita semua menuju cahaya yang sama.

Namun kita terlalu banyak kita bertemu kelam.

Dalam upaya mengingat kembali cahaya, kita mencoba menghindari kelam.

Padahal kelam ada sebagai petanda, cahaya yang kita cari ada di ujung sana.

Hadapi kelam-mu, satu satu.

Temui, lalui.”

Dalam karya ini dua manusia sedang mencoba menemui emosi gelap dalam jiwa. Disa dan Prima, memberanikan diri menemui kelam yang biasanya dihindari. Dalam dialog-dialog reflektif kedua seniman ini menemukan gelap yang sama-yang terbentuk dari rasa terkhianati.

Mereka mengolah rasa dalam rupa dengan kolaborasi lintas ruang isolasi masing-masing. Karya ini lantas dikerjakan secara estafet dalam beberapa metode: ink on paper, digital coloring, lalu animasi sederhana. Penggunaan pola abstrak merefleksikan perasaan negatif yang kadang tidak bisa disusun.

*Tekan gambar untuk melihat gambar bergerak

Sömbra

Prima Murti Rane Singgih,S.Sn., M.Ds
Tamariska Disa Nugroho

DKV 2018
UMN

Sömbra

“Pada hakikatnya kita semua menuju cahaya yang sama.

Namun kita terlalu banyak kita bertemu kelam.

Dalam upaya mengingat kembali cahaya, kita mencoba menghindari kelam.

Padahal kelam ada sebagai petanda, cahaya yang kita cari ada di ujung sana.

Hadapi kelam-mu, satu satu.

Temui, lalui.”

Dalam karya ini dua manusia sedang mencoba menemui emosi gelap dalam jiwa. Disa dan Prima, memberanikan diri menemui kelam yang biasanya dihindari. Dalam dialog-dialog reflektif kedua seniman ini menemukan gelap yang sama-yang terbentuk dari rasa terkhianati.

Mereka mengolah rasa dalam rupa dengan kolaborasi lintas ruang isolasi masing-masing. Karya ini lantas dikerjakan secara estafet dalam beberapa metode: ink on paper, digital coloring, lalu animasi sederhana. Penggunaan pola abstrak merefleksikan perasaan negatif yang kadang tidak bisa disusun.

Siklus Perjalanan Hidup

Siklus Perjalanan Hidup

Astried Dwi Astuti

Arsitektur 1998

Quadriptych menggambarkan perjalanan jiwa dalam menghadapi perubahan kehidupan. Dimulai dari awal perjalanan meninggalkan hal-hal yang familiar, mengalami tantangan dimana dunia terlihat mengerikan sampai mencapai tujuan ketika kehidupan kembali menjadi status quo, mencapai tujuan. Tapi siklus tidak berakhir disini, karena akan selalu ada tujuan baru, perjalanan baru.

Siklus Perjalanan Hidup

Astried Dwi Astuti

Arsitektur 1998

Quadriptych menggambarkan perjalanan jiwa dalam menghadapi perubahan kehidupan. Dimulai dari awal perjalanan meninggalkan hal-hal yang familiar, mengalami tantangan dimana dunia terlihat mengerikan sampai mencapai tujuan ketika kehidupan kembali menjadi status quo, mencapai tujuan. Tapi siklus tidak berakhir disini, karena akan selalu ada tujuan baru, perjalanan baru.

Orang-Orang Bahaduri dalam Baiti

Orang-Orang Bahaduri dalam Baiti

Yuda Optiffiny Okta Putra

Seni Rupa 2015
STSRD VISI Yogyakarta

Karya 2 dimensioanal ini dikerjakan menggunakan siasat upcycle dengan mendayagunakan medium kulit telur, tanah, sari kunyit, dan semen. Secara teknik karya ini menggunakan semacam teknik mozaik, yakni menoreh beberapa medium tersebut di atas kanvas. Pada prosesnya sendiri menyajikan semacam media terapeutik serta sebagai ruang meditatif : bagi tipikal kehidupan modern yang serba cepat dan instan. Di sisi lain, secara empirik mengajak saya ke sebuah ekstase yang paling asing, dimana proses kekaryaan semacam itu memaksa saya untuk berkhidmat dengan kerja-kerja seni yang panjang, lambat, dan abstrak.

Orang-Orang Bahaduri dalam Baiti

Yuda Optiffiny Okta Putra

Seni Rupa 2015
STSRD VISI Yogyakarta

Karya 2 dimensioanal ini dikerjakan menggunakan siasat upcycle dengan mendayagunakan medium kulit telur, tanah, sari kunyit, dan semen. Secara teknik karya ini menggunakan semacam teknik mozaik, yakni menoreh beberapa medium tersebut di atas kanvas. Pada prosesnya sendiri menyajikan semacam media terapeutik serta sebagai ruang meditatif : bagi tipikal kehidupan modern yang serba cepat dan instan. Di sisi lain, secara empirik mengajak saya ke sebuah ekstase yang paling asing, dimana proses kekaryaan semacam itu memaksa saya untuk berkhidmat dengan kerja-kerja seni yang panjang, lambat, dan abstrak.

Rebah & Daun

Rebah & Daun

Rani Aryani Widjono, S.Sn., M.Ds.

DKV 2015
UMN

Kolase Manual, 15 x 21 cm

Tumbuh dan berkembang dengan cahaya baru

Rebah & Daun

Rani Aryani Widjono, S.Sn., M.Ds.

DKV 2015
UMN

Kolase Manual, 15 x 21 cm

Tumbuh dan berkembang dengan cahaya baru

Lost Tortoise

Lost Tortoise

Wira Liandy

Seni Murni
2018
Institut Seni Indonesia Yogyakarta

2/3 Linocut print on paper

20x20cm

2020

Awal tahun 2020 Dunia dilanda Pandemi (Covid-19), keadaan menjadi sulit dan terhambat. Namun perlahan Dunia mulai beradaptasi dengan keadaan sulit tersebut, menerapkan New Normal dan hidup berdampingan dengan Covid-19, hal itu juga mendorong Seniman untuk terus berpikir kreatif untuk mengatasi keadaan saat ini, berbagai cara pun dilakukan untuk tetap menciptakan karya mulai dari ide penciptaan hingga Pameran Virtual, hal tersebutlah yang mendasari karya “Lost Tortoise”. Dengan objek tempurung kura-kura kosong yang menginterpretasikan kita harus bergerak meninggalkan rumah untuk beraktivitas meski dengan segala keterbatasan, mencari cara baru dan kebiasaan baru, dengan demikian semuanya mengalami sebuah kemajuan setelah berhasil mengatasi Pandemi ini.

Lost Tortoise

Wira Liandy

Seni Murni
2018
Institut Seni Indonesia Yogyakarta

2/3 Linocut print on paper

20x20cm

2020

Awal tahun 2020 Dunia dilanda Pandemi (Covid-19), keadaan menjadi sulit dan terhambat. Namun perlahan Dunia mulai beradaptasi dengan keadaan sulit tersebut, menerapkan New Normal dan hidup berdampingan dengan Covid-19, hal itu juga mendorong Seniman untuk terus berpikir kreatif untuk mengatasi keadaan saat ini, berbagai cara pun dilakukan untuk tetap menciptakan karya mulai dari ide penciptaan hingga Pameran Virtual, hal tersebutlah yang mendasari karya “Lost Tortoise”. Dengan objek tempurung kura-kura kosong yang menginterpretasikan kita harus bergerak meninggalkan rumah untuk beraktivitas meski dengan segala keterbatasan, mencari cara baru dan kebiasaan baru, dengan demikian semuanya mengalami sebuah kemajuan setelah berhasil mengatasi Pandemi ini.

Its Psychosis 0’Clock

Its Psychosis 0’Clock

Dinihari Suprapto

Jurnalistik 2007
MATAKUNA by Dinism

Lukisan yang saya submit adalah salah satu dari rangkaian lukisan terkait konsep titik cerah / cahaya baru, saya mengusung tema “WAKTU BAGIAN TRAUMA”. Konsep karya yang saya buat berangkat dari pemikiran tentang proses hidup manusia (biasa). Bahwa, dalam sebuah rentang waktu, tentu banyak hal terjadi yang rentan menyisakan trauma. Karena itulah, selayaknya kita terus belajar untuk mengasihi diri sendiri. Terutama pada waktu-waktu diri ini terasa sedang sangat unlovable. Dengan mengasihi, kita akan sadar bahwa semua emosi yang terasa itu valid. Tapi, jangan pula berhenti pada validitas. Valid belum tentu akurat dan bijaksana. Lukisan “ITS PSYCHOSIS 0’CLOCK” hendak menggambarkan perjuangan melewati momen psikosis dengan merapal mantra (“Damailah agar damai”), sembari memeluk berton-ton monster masa lalu. Dengan demikian, proses pulih terjadi, dari ruang trauma yang pekat menuju sumber-sumber cahaya baru.

Its Psychosis 0’Clock

Dinihari Suprapto

Jurnalistik 2007
MATAKUNA by Dinism

Lukisan yang saya submit adalah salah satu dari rangkaian lukisan terkait konsep titik cerah / cahaya baru, saya mengusung tema “WAKTU BAGIAN TRAUMA”. Konsep karya yang saya buat berangkat dari pemikiran tentang proses hidup manusia (biasa). Bahwa, dalam sebuah rentang waktu, tentu banyak hal terjadi yang rentan menyisakan trauma. Karena itulah, selayaknya kita terus belajar untuk mengasihi diri sendiri. Terutama pada waktu-waktu diri ini terasa sedang sangat unlovable. Dengan mengasihi, kita akan sadar bahwa semua emosi yang terasa itu valid. Tapi, jangan pula berhenti pada validitas. Valid belum tentu akurat dan bijaksana. Lukisan “ITS PSYCHOSIS 0’CLOCK” hendak menggambarkan perjuangan melewati momen psikosis dengan merapal mantra (“Damailah agar damai”), sembari memeluk berton-ton monster masa lalu. Dengan demikian, proses pulih terjadi, dari ruang trauma yang pekat menuju sumber-sumber cahaya baru.

Egois

Egois

Muhammad Fauzan

Seni Murni 2018
Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Siput adalah hewan yang tidak memiliki penglihatan dan pendengaran,mereka memang sepenuhnya buta dan tuli.mereka Cuma mengandalkan hidung yang bisa mendeteksi bau dan indra perasa mereka juga untuk mendeteksi sesuatu yang ada di sekitar mereka dan cangkang yang kuat untuk berlindung karna mempunyai fisik yang lemah. Dan pelukis mengambarkan hubungan kepribadian dimana beberapa orang bisa melihat tapi mereka membutakan hati mereka akan peduli sesama.merasa makluk yang bisa mengurus diri sendiri dan sombong akan itu.tidak memiliki pendengaran seakan tuli tidak mendengar keresahan dan tidak mau menolong ,menghilangkan rasa empati terhadap sesama jika salah malah bersembunyi kedalam cangkang seperti siput seakan tidak tau apa-apa dan tidak peduli untuk melindungi diri rasa bersalah

Egois

Muhammad Fauzan

Seni Murni 2018
Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Siput adalah hewan yang tidak memiliki penglihatan dan pendengaran,mereka memang sepenuhnya buta dan tuli.mereka Cuma mengandalkan hidung yang bisa mendeteksi bau dan indra perasa mereka juga untuk mendeteksi sesuatu yang ada di sekitar mereka dan cangkang yang kuat untuk berlindung karna mempunyai fisik yang lemah. Dan pelukis mengambarkan hubungan kepribadian dimana beberapa orang bisa melihat tapi mereka membutakan hati mereka akan peduli sesama.merasa makluk yang bisa mengurus diri sendiri dan sombong akan itu.tidak memiliki pendengaran seakan tuli tidak mendengar keresahan dan tidak mau menolong ,menghilangkan rasa empati terhadap sesama jika salah malah bersembunyi kedalam cangkang seperti siput seakan tidak tau apa-apa dan tidak peduli untuk melindungi diri rasa bersalah

Untuk Si Rebahan

Untuk Si Rebahan

Annan Fadhillah Umar

Desain Produk 2020
Universitas Esa Unggul

Sambaran petir yang datang dari langit untuk si rebahan yang memiliki maksud menuntut produktifitas dari audiens yang melihat karya ini.

Untuk Si Rebahan

Annan Fadhillah Umar

Desain Produk 2020
Universitas Esa Unggul

Sambaran petir yang datang dari langit untuk si rebahan yang memiliki maksud menuntut produktifitas dari audiens yang melihat karya ini.

Memiliki

Memiliki

Deddy Kukuh Prastyo (Rombeng)

Seni Rupa Murni 2016
Universitas Negeri Surabaya

Sebanyak apapun dan sebaik apapun hal yang telah kau berbuat, pasti akan memiliki momen dimana kamu akan berhenti sejenak karena terluka. Tetaplah semangat dengan tujuan yang kamu punya. Walaupun rasa luka tidak segera hilang setidaknya rasa luka itu segera lupa.

Memiliki

Deddy Kukuh Prastyo (Rombeng)

Seni Rupa Murni 2016
Universitas Negeri Surabaya

Sebanyak apapun dan sebaik apapun hal yang telah kau berbuat, pasti akan memiliki momen dimana kamu akan berhenti sejenak karena terluka. Tetaplah semangat dengan tujuan yang kamu punya. Walaupun rasa luka tidak segera hilang setidaknya rasa luka itu segera lupa.