Nusakara Artspace
Universitas Multimedia Nusantara
- Illustration
Pameris
Tamara Katarina Mantiri
Pameris
Tamara Katarina Mantiri
Pameris
Sharon Aurielle
Vallerin Aiko Adelin
Adrian Tantrajaya
Jennifer Sidharta
Bobby Wijaya
Emmerson Juliano
Ersalina Trisnawati
Felicia Christabel
Ansel Samuel
Carla Aurellia
Pameris
Cathleen Elliana
Claresta Yuliana Halim
Darryl Prabowo
Flonetta
Nayadipta Janasthi
Jessica elizabeth Kwee
Cynthia Eveline
Catlyn Jennifer Foris
Pameris
Vina Visena
Agus Adhityatama
Iren Maria
Gihon Nugrahadi
Ruslan Gani
Muhammad Sabili Alafdol
Reydo Respati
Elma Lucyana
Bagus Alit
Bagus Setiawan
Pameris
Nurfaisal Wira Nugraha
A. Muh. Yusuf Chaidir
Alfian Dwi Anugerah
Hidayatullah
Muhammad Givari Ali Imran
Ginamorinda Sagena Korompot
Asyarah Putri Chaidir
Faiz Dzakwan Naufal
Cheline Melinda Efendi
Pameris
Arista Vidia
Cindy Aurelia
E. Natania Andina
Gabriel Mangun Satria
Haura Khalisha
Khansa Putri Hakim
Risky Fadhilah
Salsa Dewi Susilowati
Silvia Nur Oktaviani
Pameris
Amelia Putri
Ivan Reynold
Canisha Chrystella
Michelle Jean d’Arc Tjandraputri
Sciali Agustus
Jhilren Risho
Kennedy Wilieson
Ivana Octavia
Jihan Effendy
Emellin Nadia Utama
Pameris
Shafa Mega Cahya. K
Miki Pratama
Iqbal Adh Sunny
Lang Bagja
Riezky Aulia
I Wayan Nain Febri
Nanang Rakhmat Hidayat
Catatan Kurator Tim Nusakara Artspace
Nusakara Artspace FSD UMN merupakan organisasi yang menyelenggarakan pameran Darpamada. Dalam masa pandemi ini sangat sulit untuk mengadakan pameran karena keterbatasan yang ada. Maka, di tengah pandemi saat di mana kita dipaksa untuk bekerja jarak jauh dan kembali ke rumah, merupakan momen tepat untuk kembali bercermin, berusaha sensitif, dan menumbuhkan nilai-nilai yang ada pada diri sendiri. Nusakara Artspace FSD UMN mengadakan pameran dalam bentuk online ini untuk mengapresiasi kreator-kreator seni walaupun dibatasi oleh segala keterbatasan. Pameran Darpamada merupakan pameran yang bertemakan “Celebrating Yourself” ini bertujuan untuk mengungkapkan rasa bangga akan keunikan dari seorang kreator karya seni baik secara individu ataupun bentuk karya seni ciptaannya. Ciri khas atau keunikan seorang kreator adalah hal hal khusus atau ciri yang dapat diperlihatkan dari seorang kreator. Ciri khas tersebut dapat membedakan antara kreator yang satu dengan kreator yang lain. Sehingga dengan adanya ciri khas tersebut tiap-tiap individu kreator dapat mengeksrepsikan seni-seni yang terpendam dalam diri masing-masing kreator. Dengan tema tersebut juga para kreator diberi kesempatan dan ruang untuk kembali merefleksi diri dalam mencipta dan berproses. Dan, mungkin saja dalam kesempatan refleksif tersebut juga sempat menggali kembali ‘identitas’ sang kreator.
Tiap karya kualitasnya berbeda, nilai-nilai dan tingkat kemampuan teknisnya berbeda, dan tema atau konsepnya juga berbeda. Maka tim kuratorial memilih bukan berdasarkan kecanggihan visual ataupun keberhasilan mewakili gaya tertentu, tetapi menilainya berdasarkan keunikan dan ciri khas setiap kreator. Tim Kurator Nusakara Artspace menetapkan 2 peserta terpilih yang lolos seleksi dari total 7 pendaftar melalui open submission. Tahapan kurasi berlangsung mulai tanggal 29 Oktober – 30 Oktober 2021. Tim Kurator Nusakara Artspace memberikan apresiasi atas antusiasme peserta yang menyerahkan karyanya, serta upaya kreatifnya untuk menggali keunikan atau ciri khas dari seorang kreator.
Dalam pameran Darpamada yang terselenggara ini, Tim Nusakara Artspace FSD UMN sangat berterimakasih kepada seluruh pihak yang berpartisipasi, seluruh pihak yang ikut serta dalam pameran, dan artist yang mengumpulkan hasil-hasil karya yang menggambarkan ciri khas atau keunikan diri sendiri. Harapan kedepan pameran ini untuk mengapresiasi semangat para artist yang selalu menuangkan ide-ide unik dan personal untuk di sampaikan melalui karya seni kepada semua pihak. Akhir kata, Selamat menikmati pameran Darpamada dan Terimakasih..
Ketika mendapat undangan dari Fakultas Seni & Desain UMN, saya merasa tersanjung. Hal ini karena kami masih baru dalam hal pameran seni. Namun, saya segera tertarik ketika melihat tema dan branding mereka yaitu Nusakara. Panitia memaknai brand tersebut sebagai cahaya lentera yang membawa terang baru. Ditambah dengan tema Budaya Nusantara yang mengangkat nilai bangga akan diri sendiri. Hal tersebut cocok dengan nilai Atma GLAM. Atma GLAM yang menggabungkan antara galeri, perpustakaan, arsip dan museum, mecoba merefleksikan pada karya-karya pendiri yang ditujukan untuk Tuhan dan Tanah Air.
Pada pameran kali ini, sesuai dengan tema besar yang diberikan oleh panitia, maka kami membawa tema tentang menguak keindahan kekayaan Nusantara. Tanah air kita Indonesia sangat kaya akan berbagai karya seni yang indah dan unik. Semua itu timbul karena keberagaman yang kita miliki. Keberagaman itulah kekuatan yang dimiliki oleh Indonesia dan kita harus bangga akan hal tersebut.
Pada pameran kali ini, kami mencoba menampilkan salah satu identitas yang kami banggakan yaitu Frans Seda. Beliau merupakan seseorang yang sangat mencintai Indonesia dan kagum akan Tanah Airnya. Hal itu terlihat dari kesukaannya untuk mengoleksi berbagai benda-benda khas dari seluruh Indonesia. Maka kali ini, kami mencoba menampilkan beberapa koleksi beliau yang jarang diketahui cerita dan keberadannya. Melalui acara ini, kita bisa melihat berbagai karya seni dari Indonesia yang di dalamnya mengandung nilai yang mendalam.
Akhir kata, saya mengapresiasi Nusakara Artspace karena berani mengangkat tema yang sangat kuat. Semoga acara ini dapat memancing tema-tema lain yang berhubungan dengan kekayaan Nusantara.
Catatan singkat dari kurator Atma GLAM, Lian Hateveana Dhita mengenai Nusakara Artspace Exhibition 2021
Welcome to Explorative Architecture. In this exhibition, we will present to you the compilation of our studio projects in the past year.
Last year was a huge challenge for the world of education given that all of us had to go through it remotely from our respective homes. While our education system is changing, our students and lecturers have been attempting to close this gap by finding ways to be able to explain and simulate materials that used to be done tangibly, digitally. Many learning methods had to be re-adjusted to meet with the potencies of many digital platforms. These conditions have sparked a new way of architecture, in which the results are reflected in our pedagogy and products that we are going to show you through this exhibition.
Time will not repeat itself, and changes are always bound to happen. New year comes with new challenges as well as new hopes and dreams. The one thing that will never change in UPH Architecture Study Program is our students’ and lecturers spirit to constantly explore architecture and transform ways of thinking in order to consistently be able to face challenges and participate in changing society.
Through this exhibition, we hope that you get the big picture of our passion to solve every problem in architecture; as well as on how we are going to roam the 2021/2022 school year with great amounts of creative energy.
Andreas Y. Wibisono
Chair of Architecture Department – Universitas Pelita Harapan
Dalam sebuah seni dan desain memiliki banyak arti di dalamnya. Setiap individu yang melahirkan karyanya pasti memiliki rasa, emosi, pikiran, dan juga perkataan yang ingin disampaikan melalui karyanya. Mengekspresikannya melalui bentuk-bentuk, garis, titik, dan juga warna ke dalam karyanya. Semua individu memiliki kebebasan untuk dapat mengekspresikan diri mereka. Melalui pameran yang diadakan oleh Nusakara Artspace UMN , yaitu Darpamada, Desain Produk UPH ingin berpartisipasi untuk dapat membagikan karya yang mengekspresikan banyak emosi dan pemikiran yang ada di dalam setiap individu.
Selamat berpameran,
Karen Hartanto
Kegiatan seni rupa selalu menjadi agenda perorangan terlebih dalam proses pengerjaannya. Individu menjadi sentral sejak gagasan dilahirkan hingga karya diangap selesai, memuaskan pembuatnya, dan siap dipamerkan. Kondisi itu adalah otonom sejak kesenian mengakui peran individu dalam strata kelompok masyarakat dan karya yang diproduksi menjadi personal. Tradisi kepemilikan seni tidak lagi dibawah otoritas kolektif tradisional tetapi hal demikian justru menjadi pembeda untuk menyatakan seseorang berperan dalam kehidupan moderen termasuk cara memahami dan pola respon terhadap isu yang mengitari kehidupan sehari-hari. Tentu hal itu secara sosiologis menegaskan pengakuan peran individu dalam membangun dan memperkaya pengalaman estetika bagi anggota masyarakat lebih luas.
Ekspresi estetik adalah salah satu kekuatan penentu dalam keindahan, walaupun hal ini selalu menjadi perbincangan bahkan perdebatan pro – kontra tetapi justru hal itu sebagai penanda bahwa seni berfungsi secara sosial apalagi ketika karya dihadirkan dalam suatu pameran baik kelompok maupun tunggal yang dilihat oleh begitu banyak orang. Ada konsekwensi yang tak terhindarkan yaitu munculnya kritik, persepsi, asosiasi dan disaat bersamaan hadir penolakan atau cemooh, tetapi dua bentuk apresiasi tersebut menguatkan suatu interaksi antara seniman – karya – masyarakat. Tidak salah apabila apresiasi sebagai mekanisme kelangsungan praktek seni hingga sekarang. Pameran tentu harus dipahami sebagai saluran bagi mekanisme tersebut sehingga seni rupa cukup dinamis selain dibantu oleh diskusi atau seminar.
Fakta kita hari ini yaitu kehadiran pola dan saluran interaksi sosial yang lebih luas dari sebelumnya ketika terobosan teknologi virtual menjadi suatu keniscayaan baru bahkan sebagai solusi. Terlepas dari virtual yang punya kekurangannya, kenyataannya banyak pihak terbantu dalam aktifitas terlebih ketika dilanda pandemik yang membatasi mobilitas perorangan demi menjaga kesehatan bersama. Bentuk pameran seni rupa virtual seolah in real time memang tidak terbayangkan paling tidak 5 tahun ke belakang, sekarang hal itu suatu realitas untuk mempertahankan nilai, mengasah serta memastikan estetika tidak beku di siapapun. Pameran virtual yang diorganisasi oleh institusi dalam satu tahun terakhir ini telah menjadi aesthetics platform solution. Hal ini membawa kita ke dimensi lain. Lantas apakah estetika berubah?
Sepuluh peserta pameran dari Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Universitas Trisakti yang mengikuti pameran Darpamada yang dihelat oleh Nusakara Artspace, Universitas Multimedia Nusantara adalah mereka yang mewakili dosen yaitu, Agus Adhityatama dosen tipografi, Yosua Reydo Respati dosen gambar eksploratif, dan Gihon Nugrahadi dosen Desain Produk. Dari alumni yaitu Bagus Alit, Ruslan Gani, Bagus Setiawan, dan Vina Visena semuanya dari DKV, kemudian Elma Lucyana alumni Desain Interior. Dari kalangan mahasiswa ada Iren Maria dan Muhammad Sabili Alafdol keduanya dari Desain Interior. Kebersamaan dari tiga lapis berbeda ini dipayungi oleh kepedulian yang sama yaitu seni rupa dan desain bukan disiplin yang terpisah walaupun punya perbedaan dalam bobot estetika dan fungsinya. Kita dapat merunut kembali secara historis bahwa peran seni rupa sangat besar dalam disiplin desain. Jadi, para perupa ini sebenarnya mentautkan kembali gagasannya dengan praktik seni rupa. Kiranya hal itu dipraktikan oleh segelintir para desainer.
Karya karya sepuluh perupa ini dimensi tautan ke seni rupa cukup luas misalnya ke tradisi chiarascuro di Italia yang mengutamakan aspek gelap terang pencahayaan, spirit Dada, Psichadelia, dan Grunge suatu gerakan estetika yang mengkritik kemapanan, kemudian teknik kolase yang diinisiasi oleh Kubisme Sintetis, ada pula karya yang mengingatkan kita kepada Abstrak Ekspresionisme di US yang mengedepankan kekuatan sapuan gestural, selanjutnya ada yang diinspirasi oleh lukisan “sederhana” dinding gua yang usianya 45.000 tahun lampau, kemudian kita bisa melihat karya yang dilahirkan oleh dorongan bermain dan spontan personal sebagai pengakuan terhadap kebebasan, tapi kita bisa melihat karya lainnya yang diinspirasi oleh narasi yang diimajinasikan secara kontemplatif. Betapa mereka itu punya pilihan titik tautan yang begitu beragam dan ini menegaskan pengertian individu sesungguhnya yaitu keberbedaan satu dengan yang lainnya.
Latar belakang kesenian sepuluh perupa ini tumbuh bersama di Friday Art Design Session (FADeS) yaitu komunitas seni rupa dan desain yang didirikan tahun 2016 oleh dua dosen DKV dan difasilitasi oleh FSRD Univ. Trisakti. Dalam kebersamaan sebagai komunitas tentu potensi, arah, dan kecenderungan estetika individu harus ditumbuhkan. Etika ini merupakan bentuk pemahaman terhadap nilai-nilai keberagaman baik dalam konteks edukasional, sosial maupun kultural, bahkan pameran virtual Darpamada yang bertajuk Celebrating Yourself adalah cerminan dari penghargaan – peran – individu dalam kebersamaan. Penutup, kita harus selalu merayakan perbedaan – estetika – diri kita masing-masing sebagai anugerah bukan ancaman dan pendidikan seni rupa dan desain seharusnya membuka potensi individu menjadi khas dan unik, bukan mengarah kepada penyeragaman.
Selamat berpameran.
Adikara Rachman.
Pameran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menyampaikan ide dan gagasan perupa kepada publik melalui karya seninya. Meskipun penyampaian ide berupa karya akan selalu menimbulkan perspektif yang berbeda bagi sosial ata kelompok yang menyaksikannya. Perbedaan-perbedaan tersebut bahkan masih tetap mampu mempersatukan sosial yang semakin hari semakin unik.
Dari sisi desain, sebuah karya atau gagasan dapat mengkomunikasikan karyanya agar dapat dipahami oleh khalayak, tujuan apa yang hendak disampaikan desainer. Sembilan peserta pameran dari program studi Desain Komunikasi Visual Fakultas Seni dan Desain Universitas Negeri Makassar pada umumnya mengangkat isu keberagaman kebudayaan dari sisi adat maupun kebiasaan masyarakat sekitar. Sembilan pameris ini merupakan mahasiswa aktif Desain Komunikasi Visual dari berbagai angkatan diantaranya Faiz Dzakwan Naufal, A. Muh. Yusuf Chaidir, Alfian Dwi Anugerah, Asyarah Putri Chaidir, Muhammad Givari Ali Imran, Ginamorinda Sagena Korompot, Hidayatullah, Nurfaisal Wira Nugraha, Cheline Melinda Efendi.
Bhineka tunggal ika adalah semboyan indonesia yang berasal dari bahasa jawa kuno yang berarti “berbeda-beda tetapi tetap satu”. Dalam salah satu karya pamris menggabungkan beberapa baju daerah, budaya, dan tarian dari berbagai daerah di indonesia, seperti baju bodo, barong, dan tari jaipong. Salah satu karya juga mengangkat pemandangan kebisaan yang terbilang cukup melekat di lingkup sosial. Sebuah potret keluarga kecil yang berboncengan menggunakan sepeda motor sebagai salah satu ciri khas keluarga menengah ke bawah di Asia Tenggara ketika berboncengan di atas motor. Meskipun sekilas tidak terlihat seperti suatu momen yang istimewa, namun kebanyakan rasa rindu di kelak hari terdiri dari momen-momen yang justru terbilang kecil. Adapun karya lainnya juga mengungkap keragaman sosial budaya yang ada di masyarakat.
Selamat berpameran
Divisi Minat dan Bakat
Seni diyakini sebagai pintu rahasia untuk menembus gagasan dan pemikiran yang tersembunyi di dalam batin seseorang. Mengeksplorasi berbagai perasaan dan peristiwa tak terelakan yang mengendap pada setiap ruang dalam batin kita.
Dalam KBBI, Mikrokosmos merupakan dunia kecil, khususnya manusia. Mikrokosmos adalah bagian-bagian kecil yang tersusun dari alam semesta. Semesta yang dimaksud merupakan “aku”. Individu diseluruh dunia memiliki alam semesta kecilnya masing-masing, dengan bentuk yang berbeda-beda dengan cahaya dengan warna yang berbeda. Menelusuri alam semesta diri merupakan wujud untuk mengenal diri sendiri, mengenal berbagai sisi yang berada pada diri. Perasaan apapun akan mampu diutarakan dengan jelas seperti; senang, bahagia, bersyukur, sedih gelisah, resah, marah atau iri. Ketika tahapan pengenalan diri telah tercapai kita akan mampu merayakan diri kita, menerima diri kita dan mencintai diri kita seutuhnya. Dan dengan kita menerima apa adanya diri kita, kita akan mampu mengendalikan apa yang datang dari luar.
Karya pada pameran ini memaparkan ekspresi pribadi dari perupa dengan tema yang berbeda beda. Diharapkan seluruh perupa mampu mengekspresikan dirinya dengan bebas dan mampu membantu pengamat karya dalam memecahkan suatu masalah yang memiliki kemiripan dengan karya yang sedang dipamerkan.
I Gusti Ayu Rai Tantriyani
Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan. Kesan ini diciptakan dengan mengolah konsep titik, garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dengan acuan estetika. Kegiatan seni rupa yang selalu dilakukan oleh seniman adalah melalui karya yang dibuatnya. Karya yang dibuat oleh seniman maupun designer tidaklah hanya menggambar biasa ataupun menciptakan sesuatu yang kreatif tanpa alasan, namun dibalik sebuah karya yang diciptakan tersebut para seniman maupun designer ingin berbagi rasa dengan jiwa, kreativitas dan cinta atau yang disebut Nuraga Meraki. Maka dari pameran yang diacarai oleh Darpamada, Nusakara ArtSpace, UMN, dengan tema “Celebrating Yourself” yang dimana artinya Merayakan diri sendiri kita dari FSRD ingin berbagi rasa dengan jiwa, kreativitas dan cinta melalui hasil karya yang kita ciptakan kepada kalian.
Selamat berpameran,
Billy Suryajaya Pratama.
Oleh I Wayan Nain Febri
Ketika Prodi Film dan Televisi ISI Yogyakarta mendapatkan proposal tawaran kolaborator pameran Darpamada, yang diselenggarakan oleh Nusakara ArtSpace Universitas Multimedia Nusantara, bagi kami, ini adalah sebuah tantangan kebersamaan yang positif untuk merespon fenomena perubahan kebiasaan baru yang mengharuskan segala kegiatan dilaksanakan secara daring. Bagi para kreator video seni, Pandemi Covid-19 yang sedang melanda Indonesia, merupakan sebuah inspirasi baru yang merubah semua kebiasaan-kebiasaan individu, merubah segala pola pikir dan bersikap dalam tatanan bersosialisasi. Pandemi ini mengingatkan kita tentang pentingnya seorang individu ‘kreator video seni’ dalam menginstropeksi diri, membuat seorang kreator mampu lebih berpikir dalam tentang manfaat diri sendiri bagi orang lain, bagi kelompoknya, serta bagi masyarakat sekitarnya, yang tentu saja pengaruh ini didapat dari pola piker yang diterapkan didalam karya kreator video seninya, karena karya dapat berpotensi untuk mengajak berpikir tentang kondisi yang terjadi di lingkungan sosial setiap individu. Tema pameran Darpamada “Celebrating Yourself” ini bertujuan untuk mengungkapkan rasa bangga akan keunikan dari seorang kreator karya seni baik secara individu ataupun bentuk karya seni ciptaannya.
Program studi Film dan Televisi ISI Yogyakarta mengirimkan 6 karya video seni sebagai Kolaborator dalam pameran Darpamada ini, karya-karya pilihan ini merupakan ‘sebuah hal’ yang dapat mengingatkan kita mengenai nasib yang sedang melanda bangsa Indonesia, hal ini terjadi karena wabah pandemi Covid-19, karya-karya ini juga merupakan sebuah ‘sentilan’
(teguran) dari seseorang individu kreator video, kepada semua lapisan masyarakat tentang pentingnya peran individu didalam sebuah lingkungan kelompok masyarakat, tidak ada sebuah kelompok tanpa individu-individu yang tergabung didalamnya, tidak ada kelompok yang tidak terpengaruh oleh pola pikir individu di dalamnya. Pada dasarnya setiap individu memiliki peran serta dan pengaruh yang sama terhadap kelompok-kelompoknya masing-masing, tergantung dari sikap prioritas yang di utamakan oleh individu yang bersangkutan. Karya seni video dari 4 orang mahasiswa Prodi Film dan Televisi ISI Yogyakarta, Iqbal Adh Sunny Setiawan (Sugesti
2019), Shafa Mega Cahya K (Penyebaran-2019), Lang Bagja berkolaborasi dengan Riezky Aulia (Kabar Buruk-2019) merupakan sebuah respon yang tercetus dari sebuah pemikiran yang panjang untuk berkarya menyikapi pandemi yang sedang berlangsung, karya yang di hadirkan merupakan sebuah ‘peringatan tegas’ mengenai bahayanya penularan covid-19 dari individu ke kelompok pergaulannya masing-masing, oleh sebab itu peran penting yang dirasakan paling cocok untuk kondisi saat ini adalah berdiam diri di tempatnya masing-masing dan menghindari kerumunan, karena pada saat seperti sekarang ini ‘’menahan diri’’ adalah sebuah sikap yang bijaksana, hal ini harus dilakukan untuk masa depan kelompok yang lebih baik. Dengan menahan diri untuk tidak bergerombol, merupakan sebuah perayaan kesendirian yang patut di
bangkakan dan dirayakan dengan terciptanya sebuah karya video seni yang terinspirasi dari kegiatan ‘mengisolasi diri’. Secara fisik seorang kreator akan Nampak terdiam dan menyendiri, akan tetapi secara mental dan pikiran harus senantiasa terbebas dari sebuah ruangan. Pikiran akan terus melayang dan imajinasi kreatif harus selalu di tuangkan di saat situasi ‘isolasi’ sudah sedikit melonggar. Kegelisahan seorang individu juga tergambar dari Karya Mahasiswa Prodi Film dan Televisi ISI Yogyakarta Dionisius Miki Pratama (What is Beauty-2019) yang tertuang dalam bentuk vide seni, didalamnya merupakan reaksi seorang individu dalam mengusir sebuah kesendirian dalam waktu yang sangat lama, sehingga ia menemukan keindahan dalam sebuah kegiatan melukis. Melukis didalam media digital merupakan sebuah kegiatan penyaluran emosi personal secara professional, Pandemi ini akan disikapi berbeda oleh setiap individu, sebagai seorang mahasiswa sebagai calon penerus bangsa, pandemic ini akan diskapi secara kreatif dan tetap berkreasi. Pemilihan penggunaan visual animasi 2 dimensi merupakan pilihan yang tepat dikala pandemi, karena proses penciptaan dan kreasinya tidak membutuhkan banyak orang, sehingga tidak menimbulkan gerombolan yang berpotensi dalam menularkan wabah covid-19. Karya Dosen Prodi Film dan Televisi ISI Yogyakarta, Nain Febri (Kontaminasi-2017) mengingatkan kita arti rentannya seorang individu dalam tertular penyakit apapun karena individu tidak mengontrol pola hidup konsumsi sehari-hari, kesadaran akan ‘kontrol personal’ untuk diri sendiri merupakan sebuah hal yang sangat penting untuk menjaga tubuh agar selalu sehat dan terhindar dari penularan virus. Karya Dosen berikutnya dalah “Puzzel Island” yang di buat oleh Nanang Rakhmat Hidayat, karya ini mengingatkan kita tentang Indonesia yang terdiri dari pulau-pulang yang merangkul menjadi satu dari Sabang sampai Merauke, Karya ini mengingatkan kita mengenai berbagai macam hal yang terjadi di Indonesia, meskipun bermacam- macam akan tetapi semuanya tergabung menjadi satu jiwa yaitu Indonesia, pada dasarnya Indonesia terdiri dari rakyat yang saling bekerjasama untuk membangun negeri, akantetapi di masa sekarang ini ‘menahan diri’ untuk tidak berkumpul juga merupakan bentuk usaha diri sendiri dalam mentaati peraturan pemerintah yang berlaku, mengurung dan membatasi diri merupakan bentuk yang paling sederhana dari perjuanganrakyat Republik Indonesia dalam melawan penyebaran virus Covid-19.
Dalam pameran Darpamada yang terselenggara ini, Prodi Film dan Televisi ISI Yogyakarta sangat berterimakasih kepada semua pihak penyelenggara, harapan kedepan pameran ini merupakan buktinyata semangat persahabatan Nusakara ArtSpace UMN dengan Prodi Film Televisi ISI Yogyakarta, yang selalu menghargai ide-ide personal untuk di sampaikan kepada semua pihak. Akhir kata, Selamat mengapresiasi karya video seni dan Terimakasih..
Belum ada komen, tambahkan punyamu sekarang! on Darpamada – Universitas Multimedia Nusantara